Nama : Sri Purwandari
Npm : 16110668
Kelas: 3 KA 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dengan berpikir manusia mengolah,
mengerjakan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan mengolah dan mengerjakan
ia dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan, pengerjaan ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian lain. Oleh karena itu, obyek material logika
bukanlah bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa.
Akan tetapi, bukan sembarangan berpikir
yang diselelidiki dalam logika, melainkan dalam logika berpikir dipandang dari
sudut kelurusan, ketepatan. Oleh karena itu, berpikir lurus, tepat, merupakan
obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran disebut lurus? Suatu pemikiran
disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum dan
aturan-aturan yang ditetapkan dalam logika. Kalau peraturan-peraturan itu
ditepati, dapatlah pelbagai kesalahan atau kesesatan dihindarkan. Jadi,
kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini
menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Atas
dasar itu, gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau
cacat disebut salah nalar. Salah nalar disebabkan oleh ketidaktepatan orang
mengikuti tata cara pikirannya.
1.2
Rumusan
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas maka permasalahan yang menjadi perhatian
dalam pembuatan makalah ini adalah, Bagaimana mengatasi kesalahan dalam
penalaran dalam berkomunikasi.
1.3
Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun bertujuan untuk
menambah ilmu dan pengetahuan mengenai masalah yang diangkat dalam makalah,
serta menambah wawasan supaya meminimalkan kesalahan penalaran dalam berkomunikasi.
1.4 Metode Penulisan
Dalam menyusun makalah ini, penulis
menggunakan metode literatur yaitu dengan mengkaji buku sebagai acuan yang
sesuai dengan pembahasan
dan browsing data di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini, ialah
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang, perumusan
masalah,
tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas
mengenai definisi salah nalar, macam-macam salah nalar, Salah Nalar dalam Komunikasi
BAB III. PENUTUP
Pada
bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kesalahan Penalaran
Penalaran
adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.
Salah
nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan.
Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan.
Salah nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan
karena dorongan emosi.
Salah nalar ada dua macam:
-
Salah nalar induktif, berupa :
a. kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b. kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c. kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
a. kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi.
b. kesalahan karena adanya term keempat,
c. kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi,
d. kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
2.2. Pengertian dan contoh salah nalar :
-
Gagasan,
-
pikiran,
-
kepercayaan,
-
simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada
pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan
yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita
persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses
penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua
jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa
yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses
penalarannya yang merupan kesalahan formal. Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
B. Analogi yang salah
Contoh
: ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga
terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat
menjualya dengan harga terjangkau.
2.3. Jenis – jenis salah nalar
A. Deduksi yang salah
Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
contoh :
* Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
** Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
-
Generalisasi terlalu luas
Salah
nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi
tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang
diambil menjadi salah.
Contoh :
* Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
** Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
-
Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh : Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
-
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
* Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
** Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
-
Analogi yang Salah
Salah
nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang
lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh: Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
-
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
2.4. Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang
abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran
akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep
adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi
simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran
menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi
dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk
pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak
ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa
proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan
digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk
menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari
rangkaian pengertian.
Sumber :