Nama : Sri Purwandari
NPM : 16110668
Kelas : 3 KA 31
Matkul : Bahasa Indonesia 2#
Penalaran
Deduktif
* Pendefinisian
Penalaran
Pertama saya akan membahasa arti dari penalaran itu sendiri.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori
atau putusan lain yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan
atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang
merupakan abgian dari hal atau gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran
deduktif bergerak dari sesuatu yang umum kepada yang khusus.
* Pengertian
Penalaran Deduktif
Pengertian penalaran deduktif sebenarnya memliki banyak arti dari setiap orang,
akan tetapi pada akhirnya sampai pada satu kalimat yang sama. Pada kali ini
saya akan mengambil 2 pengetian penalaran deduktif yang berbeda dan kita dapat
lihat sebagai berikut :
a).
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa
umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu
kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
b).
Penalaran deduktif adalah metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Penalaran
deduktif, terkadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun
atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran
dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah.
Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya
merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh
argumen deduktif:
- Setiap mamalia punya sebuah jantung
- Semua kuda adalah mamalia
- ∴ Setiap kuda punya sebuah jantung
* Pengertian
Premis Mayor dan Premis Minor
Premis memiliki 2 macam yaitu mayor dan minor didalam pembahasan ini akan
diberikan penjelasan dari masing-masing premis tersebut. Premis mayor adalah
pernyataan umum, sementara premis minor artinya pernyataan khusus. Proses itu
dikenal dengan istilah silogisme. Silogisme merupakan proses penalaran di mana
dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa
konklusi).
Misalnya
: "Semua orang akhirnya akan mati" (premis mayor).
Hasan adalah orang (premis minor).
Oleh karena itu, "Hasan akhirnya juga akan mati"
(kesimpulan).
Jadi, berfikir deduktif adalah berfikir dari yang umum ke yang khusus.
Dari yang abstrak ke yang konkrit. Dari teori ke fakta-fakta.
*
Jenis - Jenis Penalaran Deduktif
Penarikan
kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak
langsung.
1). Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan
yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P
adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
2). Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai
data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis
yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan
tidak langsung, yaitu:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan
klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu :
bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis
yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan
premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh
:
Premis
Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis
Minor : Abraham adalah manusia
Kesimpulan : Abraham tidak abadi
Hukum-hukum Silogisme Katagorik
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus
parti¬kular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halaldimakan).
Kaedah-
kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1.
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term
penengah.
2.
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan
3.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4.
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5.
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut
Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian
dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan
menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak
terjadi. Macam-macam jenis silogisme hipotesis :
1.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi
saya naik becak.
2.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi
hujan telah turun.
3.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul. Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi
kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak
gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Kaedah-
kaedah Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini adalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum
silogisme hipotetik adalah:
1)
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2)
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Contoh
:
a)
Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal.
Premis
Minor: Hujan tidak turun.
Kesimpulan
: Sebab itu panen akan gagal.
b)
Premis Mayor: Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis
Minor: Air tidak ada.
Kesimpulan
: Manusia akan kehausan.
c.
Silogisme Akternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah
proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.
Konklusi tergantung dari premis minornya.
Silogisme
ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas.
-
Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif, seperti:
la
lulus atau tidak lulus.
Ternyata
ia lulus
Jadi,
la bukan tidak lulus
-
Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Xsa
di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi,
di pasar
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
1.
Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain.
2.
Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain.
Contoh
:
Premis
Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis
Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan
: Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
d.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen
atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos”
artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk
menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah
entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan
yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk
menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut
Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh
:
Rumus
Entimen:
PU
: Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK
: Nyoman pegawai yang baik.
S : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen
: Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa
ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
1.
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
2.
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara
implisit, dalam premis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar